Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Akhirnya Saya Harus Pergi

Kali ini saya gak akan menceritakan tentang luka. Karena bagi saya semua derita itu sudah usai. meskipun lukanya belum kering dengan sempurna, setidaknya saya gak ma u lagi untuk membuka luka lama. Belajar dari yang sudah terjadi kemarin, saya jadi menyadari satu hal penting.   jangan pernah memberi harapan atau menaruh harap kepada selain Allah, Tuhan yang maha esa. Mungkin bisa dibilang saya sudah phobia akan rasa kecewa yang berlebih. Saya gak mau kejadian bodoh seperti kemarin terulang.   Biarlah saya saat ini perlahan-lahan menjauhi dia. Bukan bemaksud untuk membenci dan memutuskan tali persaudaraan. Hanya saja, saya fikir, saya memerlukan waktu yang mungkin tidak sebentar untuk menghapus rasa yang gak seharusnya bercokol dihati saya. Saya perlu waktu untuk menyendiri, saya ingin menjernihkan fikiran agar dapat melihat segalanya dengan rasional, bukan dengan perasaan. Sebab itu, saat ini saya sedang pada  memperbaiki diri. Kalau boleh saya ibaratkan, se...

Bagi saya, tidak ada manusia yang terlahir dengan kebodohan.

sebenarnya tidak ada orang yang bodoh didunia ini. Allah menciptakan makhlukNya dengan kondisi yang sebaik-baiknya. Semua orang, pada dasarnya memiliki potensi kecerdasan yang lebih besar daripada apapun dan siapapun. Namun tanpa sadar, terkadang orang tua atau guru sering kali menghakimi anaknya dengan cap-cap yang buruk sehingga berpengaruh pada psikologis sang anak. “Setiap anak terlahir jenius, tetapi kita memupuskan kejeniusan mereka dalam enam bulan pertama”- Buckminster fuller Sebagai contoh, jika dalam suatu keluarga terdapat dua orang anak. Lalu menurut sang orang tua, si adik lebih pintar dari sang kakak. Sang kakak kerap dibilang bodoh, sedangkan kepada sang adik, orang tua tersebut mengakatan bahwa adik pintar. Maka, secara tidak langsung hal tersebut sangat memengaruhi kondisi psikologis sang kakak. Sebab itu sang kakak akan tersugesti oleh ucapanorang tuanya. Ia menjadi malas belajar dan mudah menyerah bila mendapati soal atau pelajaran yang rumit...

love is a bullshit (?)

Haruskah saya percaya bahwa cinta itu nyata? It’s like a bullshit. Kejadian barusan mungkin menyadarkan saya. Setelah sekian lama, finally saya tahu, bahwa saya gak punya arti apa-apa dimata siapapun , termasuk dia. Saya akui saya memang salah. Saya tahu bahwa jatuh cinta terlalu dalam dan menyayangi kelewat batas, pada akhirnya hanya akan membawa pada kesakitan nyata maha dashyat. Harusnya saya belajar dari dulu, saat hati memiliki perasaaan untuk orang lebih dari 50 % kadarnya, maka yang ada hanya patah hati. Kalau udah terlanjur Sakit hati emang dokter   punya obatnya? Hahahahahahahahahahaha. saya gak tau lagi mau nulis apa disini. Ke-maha-tololan yang tadi terjadi membuat saya sangat terpukul. Kalau kamu mau tahu rasanya kayak apa, coba deh bayangin saat udah mimpi enak-enak terus kebangun gara-gara diguyur air? Seperti saat udah melayang sampai kelangit ketujuh, lalu tiba-tiba dijatuhin lagi kebumi. Malam ini saya akan puas menertawai diri sendiri. And...

Kasih Bunda Sepanjang Masa, Kasih Anak Seujung kuku

Menjadi seorang ibu bukanlah perkara mudah. Seorang wanita, harus mengandung selama 9 bulan, melahirkan dengan rasa sakit yang luar biasa. Menyusui setiap hari agar anaknya mempunyai nutrisi yang cukup. Rela untuk tidak tidur saat anaknya sakit, rela mengantar jemput anaknya saat sekolah, mendidik anaknya agar menjadi generasi yang mempunyai akhlaqul karimah..banyak lagi pengorbanannya yang –mungkin- tidak pernah kita sadari. Saat remaja, kita begitu terpaku pada sosok yang baru saja muncul ke hidup kita. Memberikan bualan-bualan cinta yang sejatinya belum dapat dipastikan kebenarannya. Lebih menomorsatukan pacar, daripada orang tua. Kita mulai bergaul dengan teman-teman sebaya yang mengajarkan kita pada pergaulan yang tak semestinya. Pergi pagi.. pulang malam.. kita begitu bersenang-senang dengan keindahan dunia, sementara dirumah,ibu kita sedang cemas memikirkan keadaan kita.. kita begitu terlena.. dan lupa bahwa surga kita, ada ditelapak kaki sang ibunda. Kepada siapapu...

KepadaMu Tuhanku, inilah curahan hati seorang yang tak lagi kuat bila tanpa cinta-Mu

Rasanya.. ingin semua ini cepat berakhir. Siksa dan duka ini , sungguh sudah kelewat menyakitkan. Aku hanya perlu pergi dari sini. Merangsek keluar dari lingkaran setan yang tak seorangpun tau dimana ujungnya. Lalu, mencari kebahagiaanku sendiri. Hampir 19 tahun tinggal disebuah keadaan yang terus memaksaku menerima kenyataan. Aku benci kenapa takdir menjadikan ku manusia unik yang tak miliki kehidupan wajar seperti yang lainnya. Sebuah pertanyaan yang terus-menerus berputar diotak ku sejak dulu, “Kenapa aku, Ya Allah?” sampai saat ini masih berada dalam kebuntuan karena tak menemukan jawaban. Aku lelah……… Aku tak sekokoh batu karang. Pada akhirnya aku hanyalah seorang wanita yang bisa juga menangis ketika jeritannya tak ada yang mendengar. Masalah demi masalah bertubi-tubi datang padahal   masalah sebelumnya tak memiliki solusi. Bukan bermaksud untuk mengeluh dan menjadi seorang pecundang. Namun, aku masih tak mengerti.   Aku ini harus bagaimana? Apakah m...

Sebuah Jawaban Yang Hanya Akan Ada dalam Imaji

Aku masih tidak mampu untuk menerjemahkan setiap isyarat darimu Maaf.. maaf  bila ini kesalahan yang fatal bagimu Aku tidak paham betul akan cinta, Tapi aku tau apa makna dari kasih sayang Kau tahu, manisku ? Aku bukanlah deretan pria yang mau berlomba-lomba untuk menyakitimu Tetaplah dalam kedekatan ini, sayang  Karena kata orang cinta baik dalam kedekatan Mungkin kini giliranmu, gadisku Duduk bersandar dan menertawai semua abjadku yang konyol Tulisan bodohku ini memang hancur lebur bin ngawur bentuknya Tapi ini adalah rahasiaku yang tak seorang pun tahu Perasaanmu tidak lagi bertepuk sebelah tangan , sayang Sebab aku akan menggenapinya dengan cintaku Ku berharap mampu menjadi sayap pelindungmu Karena, aku aku ingin selalu disisimu Dari seseorang yang tidak peka dan perasa; yang ingin mencintaimu dengan sederhana

Coretan kecil dari gadis cemen yang mungkin ucapannya kau anggap ngawur dan melantur

“witing tresno jalaran soko kulino” Cinta datang karena keterbiasaan bersama. Begitulah kata pepatah jawa. Aku bertanya-tanya apakah mungkin hal itu sedang terjadi pada kita? Kebersamaan ini begitu membuatku kelewat nyaman padamu, sayang. Tuan, hari ini aku senang sekali. Bahagiaku tak dapat kuungkapkan dengan kata-kata. 2 Hari yang lalu kamu menghilang dan bersenang-senang tanpa aku. Lalu, tepat pada hari kartini ini, kamu mengajakku untuk bersamamu. Mengajariku banyak hal yang sebelumnya aku tak ketahui. Waktu yang kulewati bersamamu entah tak tahu apa penyebabnya, terasa begitu cepat berlalu, tuanku. dan kalau aku boleh jujur, kamu begitu memesona meski tidak peka dan perasa. Aku masih memerhatikan mu sorot mu diam-diam.  Dari sudut yang tak pernah kau ketahui. mengira-ngira hal apa yang sedang kau fikirkan dan bagaimana sosok ku di pandangan mu? Aku sungguh tidak tahu apakah engkau menyisakan sedikit tempat disudut hatimu untukku atau… kau sudah punya sos...

Lagi, tentang kamu (yang kini mulai ku tempatkan di sudut hatiku yang terdalam)

Lagi, tentang kamu. Kalau kau mau aku bercerita dengan sangat jujur, sejak mengenalmu aku tak peduli bagaimana orang menilai mu.sejak itu, aku tak tau ada faktor yang entah dinamakan apa,   yang membuatku tak ingin meninggalkan ponsel barang sedetikpun. Kamu tentu tidak tau rasanya, perasaan ini begitu sulit untuk ku deskripsikan, sayang. Kamu tentu tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, jadi orang yang sulit bernafas ketika tak ada kabar darimu. Kamu juga tentu tidak akan pernah tahu, betapa rasanya setiap malam aku selalu tersenyum saat membaca ulang pesan singkat darimu. percakapan-percakapan bodoh kit a di penghujung malam, dan selera humormu yang selalu menjadi alasan senyumku sebelum beranjak memejamkan mata.  Ah sepertinya kini kamu telah membajak otakku. Entahlah, tapi aku mulai merasa setiap sel diotakku seperti diisi oleh KAMU. Kamu yang selalu hadir di benakku dengan bentuk dan rupa yang berbeda. Kamu sangat menggangguku, tuan! bahkan sahabatku p...