Langsung ke konten utama

love is a bullshit (?)



Haruskah saya percaya bahwa cinta itu nyata?

It’s like a bullshit.

Kejadian barusan mungkin menyadarkan saya. Setelah sekian lama, finally saya tahu, bahwa saya gak punya arti apa-apa dimata siapapun , termasuk dia.

Saya akui saya memang salah. Saya tahu bahwa jatuh cinta terlalu dalam dan menyayangi kelewat batas, pada akhirnya hanya akan membawa pada kesakitan nyata maha dashyat. Harusnya saya belajar dari dulu, saat hati memiliki perasaaan untuk orang lebih dari 50 % kadarnya, maka yang ada hanya patah hati. Kalau udah terlanjur Sakit hati emang dokter  punya obatnya?

Hahahahahahahahahahaha. saya gak tau lagi mau nulis apa disini. Ke-maha-tololan yang tadi terjadi membuat saya sangat terpukul. Kalau kamu mau tahu rasanya kayak apa, coba deh bayangin saat udah mimpi enak-enak terus kebangun gara-gara diguyur air? Seperti saat udah melayang sampai kelangit ketujuh, lalu tiba-tiba dijatuhin lagi kebumi.

Malam ini saya akan puas menertawai diri sendiri. Andai bisa menghapus setiap moment yang bodoh, mungkin saya akan terburu-buru akan menghapusnya. Saya gak akan maafin diri sendiri atas kebodohan ini.

Harusnya, saya tidak terlalu cepat mengulurkan tangan saat dia menawarkan perkenalan.

Harusnya, saya gak membiarkan perasaan konyol ini tumbuh sampai saat ini.

Seharusnya, saya tidak seperti saya yang saat ini.

begitu konyol, tolol dan sembrono.
Begitu mudahnya percaya bahwa cinta itu ada .

Tapi kamu tidak perlu khawatir. Saya gak akan lagi memercayai yang namanya cinta.

I hate you. Inilah kata terakhhir saya buat kamu.

Hm. Mungkin akan saya ralat. Saya tidak membenci kamu, kok.

Tapi saya benci bahwa saya harus menerima kenyataan jika nantinya saya tidak akan memiliki kamu.

Terimakasih sudah menuntun saya sejauh ini. saya akan berpura-pura kuat sampai saya benar-benar kuat seperti yang kamu mau.

sampai jumpa, saya harus jalan lagi, menata (lagi) hati saya yang barusan kamu pecahkan menjadi berkeping-keping.



K♥

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagi, tentang kamu (yang kini mulai ku tempatkan di sudut hatiku yang terdalam)

Lagi, tentang kamu. Kalau kau mau aku bercerita dengan sangat jujur, sejak mengenalmu aku tak peduli bagaimana orang menilai mu.sejak itu, aku tak tau ada faktor yang entah dinamakan apa,   yang membuatku tak ingin meninggalkan ponsel barang sedetikpun. Kamu tentu tidak tau rasanya, perasaan ini begitu sulit untuk ku deskripsikan, sayang. Kamu tentu tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, jadi orang yang sulit bernafas ketika tak ada kabar darimu. Kamu juga tentu tidak akan pernah tahu, betapa rasanya setiap malam aku selalu tersenyum saat membaca ulang pesan singkat darimu. percakapan-percakapan bodoh kit a di penghujung malam, dan selera humormu yang selalu menjadi alasan senyumku sebelum beranjak memejamkan mata.  Ah sepertinya kini kamu telah membajak otakku. Entahlah, tapi aku mulai merasa setiap sel diotakku seperti diisi oleh KAMU. Kamu yang selalu hadir di benakku dengan bentuk dan rupa yang berbeda. Kamu sangat menggangguku, tuan! bahkan sahabatku p...

menyentuh Kenangan

Malam ini, sosokmu berhasil menyeretku lagi untuk menyentuh kenangan. Sudah sekian kali aku diam-diam menyebut namamu dalam sepi. Membawa ku menuju masa yang seharusnya aku lupakan namun tak dapat terhapus 0leh angkuhnya waktu dan jarak. Memaksaku untuk menatap kembali setiap episode saat aku dan kamu masih merasakan perasaan tak terdefinisi itu; cinta.           Semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Lalu kamu menjelma menjadi senyum yang tak bisa kujelaskkan lewat kata-kata. Kamu menjadi penyemangat saat asa ku perlahan menghilang. Dan kamu mulai memenuhi relung-relung hatiku.            Aku selalu ingat caramu menggodaku, Caramu meredam emosiku ketika memuncak, dan aku selalu ingat Kerutan matamu yang aneh namun tetap mempesona dalam pandanganku. Hal-hal itulah yang membuat memoriku susah melupakanmu. Sungguh! Kalau boleh jujur, kau...

Akhirnya Saya Harus Pergi

Kali ini saya gak akan menceritakan tentang luka. Karena bagi saya semua derita itu sudah usai. meskipun lukanya belum kering dengan sempurna, setidaknya saya gak ma u lagi untuk membuka luka lama. Belajar dari yang sudah terjadi kemarin, saya jadi menyadari satu hal penting.   jangan pernah memberi harapan atau menaruh harap kepada selain Allah, Tuhan yang maha esa. Mungkin bisa dibilang saya sudah phobia akan rasa kecewa yang berlebih. Saya gak mau kejadian bodoh seperti kemarin terulang.   Biarlah saya saat ini perlahan-lahan menjauhi dia. Bukan bemaksud untuk membenci dan memutuskan tali persaudaraan. Hanya saja, saya fikir, saya memerlukan waktu yang mungkin tidak sebentar untuk menghapus rasa yang gak seharusnya bercokol dihati saya. Saya perlu waktu untuk menyendiri, saya ingin menjernihkan fikiran agar dapat melihat segalanya dengan rasional, bukan dengan perasaan. Sebab itu, saat ini saya sedang pada  memperbaiki diri. Kalau boleh saya ibaratkan, se...