Langsung ke konten utama

menyentuh Kenangan


Malam ini, sosokmu berhasil menyeretku lagi untuk menyentuh kenangan. Sudah sekian kali aku diam-diam menyebut namamu dalam sepi. Membawa ku menuju masa yang seharusnya aku lupakan namun tak dapat terhapus 0leh angkuhnya waktu dan jarak. Memaksaku untuk menatap kembali setiap episode saat aku dan kamu masih merasakan perasaan tak terdefinisi itu; cinta.

          Semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Lalu kamu menjelma menjadi senyum yang tak bisa kujelaskkan lewat kata-kata. Kamu menjadi penyemangat saat asa ku perlahan menghilang. Dan kamu mulai memenuhi relung-relung hatiku. 

          Aku selalu ingat caramu menggodaku, Caramu meredam emosiku ketika memuncak, dan aku selalu ingat Kerutan matamu yang aneh namun tetap mempesona dalam pandanganku. Hal-hal itulah yang membuat memoriku susah melupakanmu. Sungguh! Kalau boleh jujur, kau lah lelaki pertama yang mampu mengubah badanku yang menggigil menjadi senyum tipis walau secuil. Yang mampu menjadi sebab tawa dan bahagiaku


Namun ketahuilah tampan, seseorang pernah mengatakan “orang yang mampu membuatmu tertawa kencang adalah orang yang memililki peluang sangat besar untuk membuatmu menangis menjerit.” Sebelumnya aku menduga hal itu hanyalah retorika belaka. Aku tak pernah mereka-reka kalau keadaan kita akan berubah menjadi mimpi buruk pada akhirnya. Kamu tiba-tiba saja menginginkan kita pisah. Hey! Bukankah kita tidak pernah merencanakan pertemuan? Lalu mengapa saat tangan Tuhan sudah memeluk kita, kamu mulai merencanakan perpisahan?


Otakku masih terkunci olehmu. Ada sebab yang sama sekali tak kumengerti, Adakah kesalahan diantara aku dan kamu? Apakah aku hanya persimpangan jalan yang selalu kau abaikan juga kau tinggalkan? Kenapa harus kamu yang menjadi sebab derai air mataku terjatuh? Kenapa harus yang membuatku terbiasa akan luka hingga lupa cara tertawa?


 Ternyata, kamu tidak seperti yang kukira. Kamu tidak perasa.

Aku dan kamu berbeda, layaknya hujan dan teduh. Pernahkah kau mendengar kisah tentang mereka?  Hujan dan teduh ditakdirkan bertemu, tapi tidak bersama dalam perjalanan. Kini aku paham, cinta kita tak berjalan pada koridor yang sama dengan keabadian.

                                        
                                             Dari seseorang yang pernah menjadi kesayangan K♥


Komentar

Unknown mengatakan…
Lebay u cill haha..

Postingan populer dari blog ini

Lagi, tentang kamu (yang kini mulai ku tempatkan di sudut hatiku yang terdalam)

Lagi, tentang kamu. Kalau kau mau aku bercerita dengan sangat jujur, sejak mengenalmu aku tak peduli bagaimana orang menilai mu.sejak itu, aku tak tau ada faktor yang entah dinamakan apa,   yang membuatku tak ingin meninggalkan ponsel barang sedetikpun. Kamu tentu tidak tau rasanya, perasaan ini begitu sulit untuk ku deskripsikan, sayang. Kamu tentu tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, jadi orang yang sulit bernafas ketika tak ada kabar darimu. Kamu juga tentu tidak akan pernah tahu, betapa rasanya setiap malam aku selalu tersenyum saat membaca ulang pesan singkat darimu. percakapan-percakapan bodoh kit a di penghujung malam, dan selera humormu yang selalu menjadi alasan senyumku sebelum beranjak memejamkan mata.  Ah sepertinya kini kamu telah membajak otakku. Entahlah, tapi aku mulai merasa setiap sel diotakku seperti diisi oleh KAMU. Kamu yang selalu hadir di benakku dengan bentuk dan rupa yang berbeda. Kamu sangat menggangguku, tuan! bahkan sahabatku p...

Akhirnya Saya Harus Pergi

Kali ini saya gak akan menceritakan tentang luka. Karena bagi saya semua derita itu sudah usai. meskipun lukanya belum kering dengan sempurna, setidaknya saya gak ma u lagi untuk membuka luka lama. Belajar dari yang sudah terjadi kemarin, saya jadi menyadari satu hal penting.   jangan pernah memberi harapan atau menaruh harap kepada selain Allah, Tuhan yang maha esa. Mungkin bisa dibilang saya sudah phobia akan rasa kecewa yang berlebih. Saya gak mau kejadian bodoh seperti kemarin terulang.   Biarlah saya saat ini perlahan-lahan menjauhi dia. Bukan bemaksud untuk membenci dan memutuskan tali persaudaraan. Hanya saja, saya fikir, saya memerlukan waktu yang mungkin tidak sebentar untuk menghapus rasa yang gak seharusnya bercokol dihati saya. Saya perlu waktu untuk menyendiri, saya ingin menjernihkan fikiran agar dapat melihat segalanya dengan rasional, bukan dengan perasaan. Sebab itu, saat ini saya sedang pada  memperbaiki diri. Kalau boleh saya ibaratkan, se...