Lagi, tentang kamu.
Kalau kau mau aku bercerita dengan sangat jujur, sejak
mengenalmu aku tak peduli bagaimana orang menilai mu.sejak itu, aku tak tau ada
faktor yang entah dinamakan apa, yang
membuatku tak ingin meninggalkan ponsel barang
sedetikpun. Kamu tentu tidak tau rasanya, perasaan ini begitu sulit untuk ku
deskripsikan, sayang.
Kamu tentu tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, jadi orang yang sulit bernafas ketika tak ada kabar darimu. Kamu juga tentu tidak akan pernah tahu, betapa rasanya setiap malam aku selalu tersenyum saat membaca ulang pesan singkat darimu. percakapan-percakapan bodoh kita di penghujung malam, dan selera humormu yang selalu menjadi alasan senyumku sebelum beranjak memejamkan mata.
Ah sepertinya kini kamu telah membajak otakku. Entahlah, tapi aku mulai merasa setiap sel diotakku seperti diisi oleh KAMU. Kamu yang selalu hadir di benakku dengan bentuk dan rupa yang berbeda. Kamu sangat menggangguku, tuan! bahkan sahabatku pun turut mengoceh bahwa mungkin kini diotakku tak ada lagi; selain kamu dan mimpiku.
Rasanya aku masih ingat kepulan asap rokokmu ketika kita
sedang bertemu. Guratan-guratan aneh
wajahmu yang tak pernah tersentuh jemariku pun masih kuingat.
Tatapanmu yang meneduhkan itupun masih sangat jelas di memoriku. Ya.. Aku
merasa sudah mengenalmu, tapi disisi lain kamu abu-abu, samar-samar, dan sulit
ku sentuh. Kamu masih sangat buram di mataku. Kamu menjelma menjadi awan kabut
yang sulit tersentuh matahari. kamu sulit ku tebak. kamu seperti mempunyai dua sisi yang berbeda; yang tak pernah henti untuk membuatku tergila-gila. Maka, maukah kau jadi obat penenangku, sayang?
Kamu boleh saja menganggapku terlalu berlebihan, tuan. Saat mengetik tulisan ini aku sedang mendengarkan alunan sendu piano yiruma- kiss the rain. Dan di setiap denting piano ini, seolah membawa jemariku asyik menari diatas keyboard laptop untuk terus saja menuliskan tentang kamu. Salahkan aku jika tulisan ini salah, juga salahkan aku saat perasaanku ini semakin bertambah
ngawur setiap harinya.
Tuan, ini rahasiaku,yang mungkin akan membuatmu tertawa
semakin geli dan kencang jika suatu hari nanti kau baca ini (ku yakin kau tak akan pernah
baca).
Perasaan ini, sayang, seperti letupan-letupan keras yang
bersuara namun tak bergema. Aku takut kebersamaan yang telah membuatku nyaman
ini, ternyata hanyalah drama yang kau buat sedemikian rupa hanya untuk
menghancurkan yang selama ini ku bangun. Asal kau tau, aku tidak pernah meminta
pada Tuhan perasaan ini. kebetulan, kita bertemu dan aku mulai merasakan perasaan tak
terdefinisi ini saat bersamamu. Tapi sayang tuan, aku tak pernah percaya
kebetulan. Pasti ada sesuatu, yang tak pernah kita pahami dan mengerti. Itulah rencana-Nya yang masih rahasia, tuan.

Aku tidak tau apa-apa. Yang aku tau, sekarang aku sedang ketakutan, sayang. Takut kamu pergi saat aku mulai meletakan sosokmu disudut hatiku yang terdalam. Takut kamu berubah saat aku sedang sangat merasa nyaman padamu. Takut bahwa ternyata aku tak sebermakna itu dihatimu, tuan.Takut bahwa aku hanya kau anggap rest area, tempat persinggahan sebelum nantinya kau akan memutuskan untuk pergi untuk kembali pulang.
Sebab itu, maukah kau menjadikanku pelabuhan terakhir tempat kau menetap, sayang?

Aku tidak tau apa-apa. Yang aku tau, sekarang aku sedang ketakutan, sayang. Takut kamu pergi saat aku mulai meletakan sosokmu disudut hatiku yang terdalam. Takut kamu berubah saat aku sedang sangat merasa nyaman padamu. Takut bahwa ternyata aku tak sebermakna itu dihatimu, tuan.Takut bahwa aku hanya kau anggap rest area, tempat persinggahan sebelum nantinya kau akan memutuskan untuk pergi untuk kembali pulang.
Sebab itu, maukah kau menjadikanku pelabuhan terakhir tempat kau menetap, sayang?
Sayang, Jika ini hanya perasaan sesaat, mengapa sampai detik ini aku masih saja melirik ponsel hanya untuk menunggu pesan singkat darimu?
Untuk
yang selalu menganggapku gadis kecil yang tak tau apa-apa; Dari pengagummu yang
pengecut.
Komentar