Langsung ke konten utama

Jurnal Syukur #2

Hallo fellas~

Ini adalah jurnal syukur kedua gue. Hari ini gue berangkat kerja gak numpang sama temen gue. Yups, temen gue izin kerja karena dia lagi sakit. Batuk-batuk dan radang katanya. 

Beberapa hari lalu gue juga sama sih, sakit juga. Mungkin karena bawaan ketika lagi mau haid. Tapi syukurlah, sejak vaksin kedua di Mampang itu kayaknya penyakit batuk dan pilek gue mereda. Gue emang udah nunda jadwal vaksin kedua gue nyari 4 bulan. Ahahahah. Soalnya waktu vaksin bentrok mulu sama waktu kegiatan gue. Huhu

Yah, pasti kalian semua tau kan rasanya tenggorokan gatel, hidung pilek, dan batuk-batuk rasanya gak enak banget. Terlebih lagi kalau lagi masa pandemi covid-19. Gue rasa, jadi orang sehat di saat orang lain lagi sakit adalah satu hal yang harus disyukuri. 

Di puskesmas kemarin juga penuuuuh banget. Parah. L Ya mungkin karena kasus covid-19 mulai merebak lagi, sih. Jadi fasilitas kesehatan penuh lagi. Ada yang mau berobay, ada yang mau swab PCR, ada juga yang mau vaksin di Puskesmas Kecamatan Mampang. 

Alhamdulillah gue masih kuat untuk berangkat ke puskesmas naik Transjakarta meskipun gue tua di jalan. Wkwkwk

Jaktim ke Mampang ternyata ya lumayan juga jaraknya, ya. Ini merupakan pencapaian sendiri buat gue yang merupakan si mager akhirnya bisa vaksin kedua,  di Mampang pula! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagi, tentang kamu (yang kini mulai ku tempatkan di sudut hatiku yang terdalam)

Lagi, tentang kamu. Kalau kau mau aku bercerita dengan sangat jujur, sejak mengenalmu aku tak peduli bagaimana orang menilai mu.sejak itu, aku tak tau ada faktor yang entah dinamakan apa,   yang membuatku tak ingin meninggalkan ponsel barang sedetikpun. Kamu tentu tidak tau rasanya, perasaan ini begitu sulit untuk ku deskripsikan, sayang. Kamu tentu tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, jadi orang yang sulit bernafas ketika tak ada kabar darimu. Kamu juga tentu tidak akan pernah tahu, betapa rasanya setiap malam aku selalu tersenyum saat membaca ulang pesan singkat darimu. percakapan-percakapan bodoh kit a di penghujung malam, dan selera humormu yang selalu menjadi alasan senyumku sebelum beranjak memejamkan mata.  Ah sepertinya kini kamu telah membajak otakku. Entahlah, tapi aku mulai merasa setiap sel diotakku seperti diisi oleh KAMU. Kamu yang selalu hadir di benakku dengan bentuk dan rupa yang berbeda. Kamu sangat menggangguku, tuan! bahkan sahabatku p...

menyentuh Kenangan

Malam ini, sosokmu berhasil menyeretku lagi untuk menyentuh kenangan. Sudah sekian kali aku diam-diam menyebut namamu dalam sepi. Membawa ku menuju masa yang seharusnya aku lupakan namun tak dapat terhapus 0leh angkuhnya waktu dan jarak. Memaksaku untuk menatap kembali setiap episode saat aku dan kamu masih merasakan perasaan tak terdefinisi itu; cinta.           Semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Lalu kamu menjelma menjadi senyum yang tak bisa kujelaskkan lewat kata-kata. Kamu menjadi penyemangat saat asa ku perlahan menghilang. Dan kamu mulai memenuhi relung-relung hatiku.            Aku selalu ingat caramu menggodaku, Caramu meredam emosiku ketika memuncak, dan aku selalu ingat Kerutan matamu yang aneh namun tetap mempesona dalam pandanganku. Hal-hal itulah yang membuat memoriku susah melupakanmu. Sungguh! Kalau boleh jujur, kau...

Akhirnya Saya Harus Pergi

Kali ini saya gak akan menceritakan tentang luka. Karena bagi saya semua derita itu sudah usai. meskipun lukanya belum kering dengan sempurna, setidaknya saya gak ma u lagi untuk membuka luka lama. Belajar dari yang sudah terjadi kemarin, saya jadi menyadari satu hal penting.   jangan pernah memberi harapan atau menaruh harap kepada selain Allah, Tuhan yang maha esa. Mungkin bisa dibilang saya sudah phobia akan rasa kecewa yang berlebih. Saya gak mau kejadian bodoh seperti kemarin terulang.   Biarlah saya saat ini perlahan-lahan menjauhi dia. Bukan bemaksud untuk membenci dan memutuskan tali persaudaraan. Hanya saja, saya fikir, saya memerlukan waktu yang mungkin tidak sebentar untuk menghapus rasa yang gak seharusnya bercokol dihati saya. Saya perlu waktu untuk menyendiri, saya ingin menjernihkan fikiran agar dapat melihat segalanya dengan rasional, bukan dengan perasaan. Sebab itu, saat ini saya sedang pada  memperbaiki diri. Kalau boleh saya ibaratkan, se...