Langsung ke konten utama

Kaila

"Kamu masih terlalu kecil! jauhi dia! dia tak pantas untukmu, Kai!" ucap wanita itu sambil menatapku dengan tatap tajam.
"Tapi aku cinta sama dia,bu.''
"Dengarkan kata ibu, kaila! dia bukan orang baik. Kamu masih bau kencur, tak pantas bicara soal cinta"

Aku bisa menangkap secercah sinar kekhawatiran yang terkandung dalam tatapan mata ibunya. Aku paham akan sikap ibuku yang sangat menentang hubunganku dengan pacarku saat ini, namun entah mengapa, kali ini ucapannya terasa sangat menghujam dan mengoyak-oyak hati kecil ku. Aku terdiam. Yaa.. Selalu saja terpaku membisu, tak bisa memberi tanggapan. Tak ada yang dapat terlontar selain helaan nafas terdengar dari sistem respirasiku. Sesak.
                                                                      XXX
       Langit-langit kamar beberapa hari ini menjadi objek yang rutin kupandangi dengan tatapan kosong. Semua ini bermula sejak perasaan tak terdefinisi ini mulai menunjukan eksistensinya. Perasaan yang kata orang dapat menjadikan si pengecut sebagai pemberani, si bodoh jadi pentar, dan mengubah si lemah menjadi kuat. Perasaan ini begitu ajaib hingga dapat menjadikan segalanya menjadi lebih indah, begitu pula sebaliknya.
      Hembusan angin semilir yang menelusup dari jendela kamar yang sedari tadi kubiarkan terbuka begitu saja, lambat-laun menerpa wajah dan membuat rambut ikalku berayun-ayun. Aku masih tetap memandangi langit-langit kamarku sambil terus membayangkan raut wajah pria yang menyebabkan aku terkontaminasi virus merah jambu. Tak sulit bagiku untuk menghadirkan sesosok laki-laki yang telah mencuri dan menjajah hati serta fikiranku saat ini. Aku menghela nafas panjang. pemuda itu, Al.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan pintu tiba-tiba saja membuyarkan seluruh lamunanku indahku.

"Masuk." Jawabku singkat, sekenanya

"Kamu kok gak makan kai? ibu daritadi cemas tuh kamu gak keluar dari kamar seharian ini. Kamu kenapa sih kai?" Tanya kak adi sambil menghempaskan tubuhnya ketempat tidurku.

"Aku lagi gak nafsu makan aja, kak."

"Baik-baik aja kan kamu? kalau ada masalah cerita aja kai ke kakak."

"Nggak apa-apa, kok. Baik-baik aja."sahutku pelan.

"Oh iya kai, kata ibu,  3 hari kedepan ibu mau kebandung, ada urursan pekerjaan katanya. Kakak juga harus balik lagi ke kost-an soalnya masa liburan kakak udah abis. Kamu jaga rumah ya kai"  Cerocos kak adi panjang lebar.

"Iya, kak. Aku udah biasa sendiri kok"

Sejenak aku berfikir, kalau aku yang menjaga rumah. lalu siapa yang akan menjaga aku? Ah.. semenjak kematian ayah, ibu dan kak adi memang berubah. Membelai kepalaku saja tak pernah. Apalagi memperhatikan aku?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagi, tentang kamu (yang kini mulai ku tempatkan di sudut hatiku yang terdalam)

Lagi, tentang kamu. Kalau kau mau aku bercerita dengan sangat jujur, sejak mengenalmu aku tak peduli bagaimana orang menilai mu.sejak itu, aku tak tau ada faktor yang entah dinamakan apa,   yang membuatku tak ingin meninggalkan ponsel barang sedetikpun. Kamu tentu tidak tau rasanya, perasaan ini begitu sulit untuk ku deskripsikan, sayang. Kamu tentu tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, jadi orang yang sulit bernafas ketika tak ada kabar darimu. Kamu juga tentu tidak akan pernah tahu, betapa rasanya setiap malam aku selalu tersenyum saat membaca ulang pesan singkat darimu. percakapan-percakapan bodoh kit a di penghujung malam, dan selera humormu yang selalu menjadi alasan senyumku sebelum beranjak memejamkan mata.  Ah sepertinya kini kamu telah membajak otakku. Entahlah, tapi aku mulai merasa setiap sel diotakku seperti diisi oleh KAMU. Kamu yang selalu hadir di benakku dengan bentuk dan rupa yang berbeda. Kamu sangat menggangguku, tuan! bahkan sahabatku p...

menyentuh Kenangan

Malam ini, sosokmu berhasil menyeretku lagi untuk menyentuh kenangan. Sudah sekian kali aku diam-diam menyebut namamu dalam sepi. Membawa ku menuju masa yang seharusnya aku lupakan namun tak dapat terhapus 0leh angkuhnya waktu dan jarak. Memaksaku untuk menatap kembali setiap episode saat aku dan kamu masih merasakan perasaan tak terdefinisi itu; cinta.           Semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Lalu kamu menjelma menjadi senyum yang tak bisa kujelaskkan lewat kata-kata. Kamu menjadi penyemangat saat asa ku perlahan menghilang. Dan kamu mulai memenuhi relung-relung hatiku.            Aku selalu ingat caramu menggodaku, Caramu meredam emosiku ketika memuncak, dan aku selalu ingat Kerutan matamu yang aneh namun tetap mempesona dalam pandanganku. Hal-hal itulah yang membuat memoriku susah melupakanmu. Sungguh! Kalau boleh jujur, kau...

Akhirnya Saya Harus Pergi

Kali ini saya gak akan menceritakan tentang luka. Karena bagi saya semua derita itu sudah usai. meskipun lukanya belum kering dengan sempurna, setidaknya saya gak ma u lagi untuk membuka luka lama. Belajar dari yang sudah terjadi kemarin, saya jadi menyadari satu hal penting.   jangan pernah memberi harapan atau menaruh harap kepada selain Allah, Tuhan yang maha esa. Mungkin bisa dibilang saya sudah phobia akan rasa kecewa yang berlebih. Saya gak mau kejadian bodoh seperti kemarin terulang.   Biarlah saya saat ini perlahan-lahan menjauhi dia. Bukan bemaksud untuk membenci dan memutuskan tali persaudaraan. Hanya saja, saya fikir, saya memerlukan waktu yang mungkin tidak sebentar untuk menghapus rasa yang gak seharusnya bercokol dihati saya. Saya perlu waktu untuk menyendiri, saya ingin menjernihkan fikiran agar dapat melihat segalanya dengan rasional, bukan dengan perasaan. Sebab itu, saat ini saya sedang pada  memperbaiki diri. Kalau boleh saya ibaratkan, se...