Langsung ke konten utama

Postingan

Kapan semuanya berakhir ?

Jujur hari ini penuh banget stress hidup gue. Gue gak ngerti kenapa akhirnya gue ditakdirkan ketemu keluarga yang toxic. Ibu, abang, ipar.. semuanya gak beres. Melihat drama yang gak udah-udah, gue dikucilkan berkali-kali di rumah, tanpa dukungan siapapun. Gak heran dulu ketika skripsian gue sampe bela-belain ke psikolog. Gue bingung sama diri gue sendiri, kenapa sekarang gue justru gak seceria dulu lagi? makin lama makin parah. Gue berusaha menjadi orang idealis yang punya prinsip bahwa hidup itu harus mandiri, bila belum bisa membahagiakan orang tua, minimal jangan nyusahin lalu ketemu orang-orang yang punya pemikiran ngawur. Ini bertentangan dengan prinsip yang gue anut. Hari ini kucing gue hilang, gatau kemana. Dan, yah, gue pikir pasti ini dibuang lagi. Ini bukan kejadian pertama. Bagi orang lain kucing itu mungkin cuma hewan, tapi bagi gue mereka kayak pelipur lara. Setidaknya saat orang mengucilkan gue, gue punya teman buat diajak bicara. Melepas kesepian gue yang benar-benar bi...
Postingan terbaru

Jurnal Syukur #2

Hallo fellas~ Ini adalah jurnal syukur kedua gue. Hari ini gue berangkat kerja gak numpang sama temen gue. Yups, temen gue izin kerja karena dia lagi sakit. Batuk-batuk dan radang katanya.  Beberapa hari lalu gue juga sama sih, sakit juga. Mungkin karena bawaan ketika lagi mau haid. Tapi syukurlah, sejak vaksin kedua di Mampang itu kayaknya penyakit batuk dan pilek gue mereda. Gue emang udah nunda jadwal vaksin kedua gue nyari 4 bulan. Ahahahah. Soalnya waktu vaksin bentrok mulu sama waktu kegiatan gue. Huhu Yah, pasti kalian semua tau kan rasanya tenggorokan gatel, hidung pilek, dan batuk-batuk rasanya gak enak banget. Terlebih lagi kalau lagi masa pandemi covid-19. Gue rasa, jadi orang sehat di saat orang lain lagi sakit adalah satu hal yang harus disyukuri.  Di puskesmas kemarin juga penuuuuh banget. Parah. L Ya mungkin karena kasus covid-19 mulai merebak lagi, sih. Jadi fasilitas kesehatan penuh lagi. Ada yang mau berobay, ada yang mau swab PCR, ada juga yang mau vaksin di...

Jurnal Syukur #1

Holla, fellas!  Jadi, hari gue baru aja ngebaca buku yang judulnya "Bapak" karya Saif Ulum . Bukunya menjelaskan tentang bagaimana perspektif seorang bapak. Anyways, di salah satu bagian buku tersebut mengatakan bahwa kita itu harus punya Jurnal Syukur.  Jurnal syukur itu apa, sih?  Yes, jurnal syukur adalah semacam catatan tentang hal-hal yang kita syukuri hari ini.  Tiap-tiap kita sebisa mungkin harus punya jurnal syukur, dan membacakan jurnal syukurnya ke orang lain.  And this is my Jurnal Syukur!  Hari ini gue bersyukur dalam kondisi masih single, pikiran gue masih waras belum terbebani oleh tuntutan ini itu, sudah memiliki pekerjaan yang mungkin orang lain inginkan..  Alhamdulillah, ternyata hal-hal sekecil itu aja bisa membuat kita semakin menyadari kalo kita tuh diberi banyak kenikmatan lho sama Allah.  Semoga gue bisa istiqomah menuliskan jurnal syukur ini, ya.  See you! 

Analisis Fungsi Sintaksis Pada Rubrik Mahasiswa di Harian Seputar Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Pada Rubrik Mahasiswa di Harian Seputar Indonesia DISUSUN OLEH : KIKI ANDRIANI (2125152413) SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan makalah ini, sebagai tugas mata kuliah Sintaksis di Universitas Negeri Jakarta. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami berbagai macam kendala, namun berkat usaha dan kerja keras serta bimbingan dari  berbagai pihak, segala rintangan tersebut dapat teratasi dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis...

Dongengmu, dongengku, berakhir.

Tetes-tetes hujan sebesar biji jagung menyerbu tanah menyapu daun-daun berguguran dipinggir jalan. Iseng saja, aku mendekat kejendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku. Sebuah senyum kecil tersungging dari bibirku. Tatapanku mengarah pada matahari yang detik demi detik kian meninggalkan peraduannya. Kini aku percaya dengan apa yang biasa orang lain katakan, suasana desa di klaten memang indah, meski hanya dinikmati dari balik kaca jendela.  Kuubah haluan pandanganku menuju pintu berwarna cokelat tua dengan gerendel yang berwarna keemasan. Diam-diam aku membayangkan sosok yang selama ini sedang mati-matian aku hilangkan dari ingatanku. Lelaki brengsek berlengsung pipi yang manis, juga berkacamata tipis nan minimalis. Beberapa saat kemudian aku menyadari betapa bodohnya aku yang masih saja tidak bisa lupa dengan lelaki brengsek seperti kamu. Perlahan tapi pasti.. hujan turun lagi, kali ini membasahi pipiku. Kenangan-kenangan tentang kamu masih saj...