Langsung ke konten utama

KARMA.



Saya masih tidak percaya kalau didunia ini tercipta orang yang mempunyai tidak mempunyai hati dan otak seperti kamu. Lagi-lagi saya harus bersabar dan bersabar melihat kedzaliman terjadi didepan mata saya. Kalau saya tidak punya iman, agama dan Tuhan, mungkin sudah sedari dulu saya melakukan dua hal; bunuh diri atau membunuh kamu.

Memandangi usia kita yang bukan anak kecil lagi, kamu membuat saya geleng-geleng kepala melihat tingkahmu yang sama persis dengan bayi, menjijikan. Merengek-rengek minta sesuatu, jika tidak diberi akan berteriak dan mengamuk layaknya setan durjana. Apabila dijauhi dan tidak dianggap kamu akan menangis dan meminta maaf kemudian setelah dimaafkan, kamu akan kembali menjadi seseorang yang tidak pernah bosan menyakiti orang lain. 

Tak pernah kah kamu mendengar pepatah “apa yang kamu tanam hari ini adalah apa yang akan kamu tuai dikemudian hari”?  Jika saat ini kamu jelas-jelas sedang melakukan kejahatan, maka maaf bila saya terlalu lancang untuk menyimpulkan, mungkin suatu saat nanti kamu akan juga dijahati orang lain.

Tak pahamkah kamu bahwa roda kehidupan tu berputar?

pernahkah kamu mengetahui apa makna dari kata "karma" ?

Saat ini mungkin kamu sedang sehat, kaya, menjadi raja yang semena-mena yang bisa melakukan apapun sesukanya. Suatu saat bisa saja semuanya berubah 180 derajat.

 Dan ingatlah.. Tuhan tidak pernah tidur. Meskipun engkau pandai berkilah dan juga mahir meneteskan air mata buaya,  Allah selalu tahu, mana yang baik dan buruk. Kelak, dihari akhir nanti seluruh jiwa raga mu yang akan berbicara dengan sangat jujur apa saja yang kau lakukan.

Semua akan ada waktunya.

Saat waktu saya sudah tiba, maka saya akan pergi membawa semua yang saya cinta jauh dari kamu. 

Percayalah, karma itu ada.

Karma will beat you, as soon as possible.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagi, tentang kamu (yang kini mulai ku tempatkan di sudut hatiku yang terdalam)

Lagi, tentang kamu. Kalau kau mau aku bercerita dengan sangat jujur, sejak mengenalmu aku tak peduli bagaimana orang menilai mu.sejak itu, aku tak tau ada faktor yang entah dinamakan apa,   yang membuatku tak ingin meninggalkan ponsel barang sedetikpun. Kamu tentu tidak tau rasanya, perasaan ini begitu sulit untuk ku deskripsikan, sayang. Kamu tentu tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku, jadi orang yang sulit bernafas ketika tak ada kabar darimu. Kamu juga tentu tidak akan pernah tahu, betapa rasanya setiap malam aku selalu tersenyum saat membaca ulang pesan singkat darimu. percakapan-percakapan bodoh kit a di penghujung malam, dan selera humormu yang selalu menjadi alasan senyumku sebelum beranjak memejamkan mata.  Ah sepertinya kini kamu telah membajak otakku. Entahlah, tapi aku mulai merasa setiap sel diotakku seperti diisi oleh KAMU. Kamu yang selalu hadir di benakku dengan bentuk dan rupa yang berbeda. Kamu sangat menggangguku, tuan! bahkan sahabatku p...

menyentuh Kenangan

Malam ini, sosokmu berhasil menyeretku lagi untuk menyentuh kenangan. Sudah sekian kali aku diam-diam menyebut namamu dalam sepi. Membawa ku menuju masa yang seharusnya aku lupakan namun tak dapat terhapus 0leh angkuhnya waktu dan jarak. Memaksaku untuk menatap kembali setiap episode saat aku dan kamu masih merasakan perasaan tak terdefinisi itu; cinta.           Semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Lalu kamu menjelma menjadi senyum yang tak bisa kujelaskkan lewat kata-kata. Kamu menjadi penyemangat saat asa ku perlahan menghilang. Dan kamu mulai memenuhi relung-relung hatiku.            Aku selalu ingat caramu menggodaku, Caramu meredam emosiku ketika memuncak, dan aku selalu ingat Kerutan matamu yang aneh namun tetap mempesona dalam pandanganku. Hal-hal itulah yang membuat memoriku susah melupakanmu. Sungguh! Kalau boleh jujur, kau...

Akhirnya Saya Harus Pergi

Kali ini saya gak akan menceritakan tentang luka. Karena bagi saya semua derita itu sudah usai. meskipun lukanya belum kering dengan sempurna, setidaknya saya gak ma u lagi untuk membuka luka lama. Belajar dari yang sudah terjadi kemarin, saya jadi menyadari satu hal penting.   jangan pernah memberi harapan atau menaruh harap kepada selain Allah, Tuhan yang maha esa. Mungkin bisa dibilang saya sudah phobia akan rasa kecewa yang berlebih. Saya gak mau kejadian bodoh seperti kemarin terulang.   Biarlah saya saat ini perlahan-lahan menjauhi dia. Bukan bemaksud untuk membenci dan memutuskan tali persaudaraan. Hanya saja, saya fikir, saya memerlukan waktu yang mungkin tidak sebentar untuk menghapus rasa yang gak seharusnya bercokol dihati saya. Saya perlu waktu untuk menyendiri, saya ingin menjernihkan fikiran agar dapat melihat segalanya dengan rasional, bukan dengan perasaan. Sebab itu, saat ini saya sedang pada  memperbaiki diri. Kalau boleh saya ibaratkan, se...